Semangat Film Indie:RizVED

Sabtu, 16 April 2011

Semangat Film Indie


DISKUSI KINE KOSMIK III

BY RISVED

Anak muda, katanya, memiliki energi yang luar biasa. Energi itu bisa berkembang lewat sarana-sarana kreatif di antaranya proses penciptaan film. Kini, lanjutnya, proses kreatif itu menjadi sangat mungkin. seseorang hanya membutuhkan banyak ide, tumpukan kreativitas, dan sedikit uang untuk membuat sebuah film.

Mengapa film independen DIBUAT? Karena film independen boleh dikatakan merupakan wujud nyata dari kreasi dan kecerdasan masyarakat (local-genius) itu sendiri. Sebab semakin banyak ide cerita yang terbentuk melalui ke’merdeka’an ekplorasi hingga menjadi sebuah bangunan karya artistic (seperti film), maka semakin membuktikan seberapa kritis masyarakat itu, membaca persoalan diseputarnya.
Film independen bergerak secara independen melalui festifal-festifal nasional maupun internasional dan beberapa komunitas yang sengaja bergerak di jalur distribusi film independen. Mereka bukan sekedar memilih dan menterjemahkan kebebasan hanya menjadi sebuah insiden belaka, tapi juga bagaimana membangun kekuatan melalui entrepreneur dan empowerment sesama komunitas indie. Jadi secara birokratis, kreatifitas sineas independen tidak mudah terpangkas oleh lembaga sensor; dengan berbagai modelnya. Sudah waktunya kita merdeka dan punya daya untuk ‘menjadi ada’ ditanah kita sendiri, bahkan seharusnyalah kita punya daya untuk mengkritisi seberapa bobroknya sebuah pemerintahan itu melalui materi audio visual; tentunya.
Berbicara masalah film independen atau film indie berarti berbicara masalah semangat untuk membuat film. Konsep kerja independen tidak berarti para sineas harus bergerak militan alias merogoh kocek sendiri terus menerus. Akan tetapi kerja independen adalah kerja spiritual untuk membuat karya dengan cara yang kreatif namun tetap dalam sebuah balutan manajemen profesional, meski tak terlampau mengikat dan kaku. Yang terpenting dalam balutan profesionalitas itu, tidak mengurangi atau manambahi esensi dari ide cerita itu sendiri, apalagi mengikuti aturan yang mengikat secara sepihak. Jadi dalam membuat film independen, seorang sineas dibenarkan kok untuk mencari sumber dana melalui sponsor; donatur maupun atau dana sendiri dengan catatan tetap merdeka dalam ide.
Saat ini, keasyikan membuat film bukan lagi milik segelintir orang. Membuat film semakin berkembang seiring pesatnya pertumbuhan teknologi digital. Belum lagi, minusnya sekat dalam pemasaran film. Semua orang bebas mempublikasikan karya filmFilosofi yang diungkapkannya mewakili semangat pencipta film masa kini. Sekarang, karya film berkembang sebagai wadah kreativitas kaum muda. Golongan ini tak pusing memikirkan pakem standar film, genre yang laku di pasar, keterbatasan sarana, dan sejumlah tetek-bengek lainnya. Semangat kebebasan berkreasi justru menyuburkan munculnya pehobi baru dunia sinema.

Dunia perfilman, khususnya film indie semakin berkembang di kalangan para mahasiswa. Hal ini terlihat dari banyaknya film-film indie yang diproduksi oleh komunitas-komunitas perfilman kampus. Tetapi ternyata sampai saat ini banyak para pembuat film (filmmaker) indie yang hanya fokus pada hal produksi, bukan pada cara screening. Padahal screening atau aktivitas pemutaran film indie penting dilakukan, supaya karya bisa dinikmati publik secara luas.
Selama ini pemikiran yang berkembang di masyarakat, screening film indie oleh mahasiswa haruslah gratis. Alasannya, untuk menarik perhatian publik. Karena umumnya masyarakat belum yakin terhadap kualitas sebuah film indie. Sehingga ada keengganan menonton film indie jika harus membayar tiket atau biaya masuk.

Sebuah film bisa disebut indie tidak dilihat dari besarnya dana produksi, tetapi dilihat dari isi filmnya. Jika sebuah film mengusung tema alternatif dan keluar dari mainstream, maka film itu bisa disebut sebagai film indie. Dengan kata lain, inti dari film indie pada “roh” cerita yang disajikan. Masih menurut Zein, kesalahan paradigma filmmaker indie saat ini adalah adanya anggapan bahwa film indie adalah ajang pembelajaran sebelum membuat film besar. Sehingga kata-kata “masih belajar” sering menjadi pembenaran pembuat film indie jika film buatannya berkualitas rendah.

Adanya festival film indie juga berperan penting dalam meningkatkan gairah film indie. Tetapi pengemasan sedemikian rupa perlu dilakukan agar gaungnya tidak hanya selesai seiring berakhirnya festival. Sebagaimana festival musik yang biasa diikuti dengan peredaran album kompilasi pascafestival, diharapkan film indie bisa mengikuti jejak ini. Dengan demikian, efeknya akan sangat baik bagi perkembangan film indie, khususnya film karya mahasiswa.

Sumber :

http://dapuribuknasiputih.multiply.com/journal/item/9/sobekan_catatan_tentang_film_

http://www.kaskus.us/showpost.php?p=64693299&postcount=232

http://rayafahreza.wordpress.com/2008/09/19/dslr-untuk-produksi-film-indie/

http://202.169.46.231/News/2008/07/13/Hobi/hobi02.htm

Share on :

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright RizVED 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all